Sejak dulu dulu sekali, saya selalu berusaha menghindari yang namanya matematika. Ampun, deh, susah amat itu pelajaran. Sampai dulu saya berpikiran untuk membuat mesin waktu dan menghajar atau protes kepada ilmuwan yang berkontribusi di dunia per-matematika-an.

Tapi akhirnya saya sadar bahwa bagaimanapun juga matematika itu dibutuhkan dalam hidup. Kalau matematika tidak ada, pasti sekarang saya tak bisa menulis di blog kesayangan ini.

Karena itulah prinsip saya dulu adalah: kalau lemah di matematika, harus bisa di mata pelajaran lain!

Lalu muncullah keahlian saya di permukaan, yaitu bahasa Indonesia.

Aduh seru sekali mapel satu ini. Tinggal duduk, menulis, membaca, dan mencatat. Kadang kala merangkai kata, kadang membuat tulisan ilmiah, dan kadang bersastra sekaligus berseni. Aduhai buat saya itu menyenangkan sekali. Ibarat makan Indomie goreng dan es teh berkali-kali.

Sampai masuk madrasah mapel ini tetap menjadi kegemaran saya. Dengan kekuatan anime dan tujuh bola sakti Dragon Ball, saya pun memilih jurusan yang ada kaitannya dengan Bahasa Indonesia.

Alasan? Oh sudah jelas. Saya pasti akan menjadi lulusan terbaik, mahasiswa santuy yang bisa mengerjakan tugas kapan saja, cepat memahami materi kuliah, dan lain sebagainya.

Tapi itu ekspetasi saya saja sih.

Faktanya sekarang saya serasa ditampar dengan KRS saya yang sudah berjalan dua semester.

Di jurusan ini saya diajak (lebih tepatnya dituntut) untuk memahami bahasa secara mendalam. Pertama dimulai dengan konsep sederhana tentang bahasa. Kedua mulai mengenal anak-anak dari bahasa. Ketiga mempelajari tentang keterampilan berbahasa.

Anak bahasa yang saya maksud disini adalah kajian-kajian yang berkaitan dengan bahasa. Supaya nggak bingung saya paparkan secara sederhana dulu ya.

Pertama ada fonologi. Ini mata kuliah yang mengkaji tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Kedua ada semantik, mata kuliah yang membahas tentang sebuah pemaknaan. Ketiga ada morfologi yang mengajarkan tentang proses dari kata dan kalimat. Dan lanjut seterusnya.

Anak-anak ini memiliki satu ibu yang disebut dengan linguistik. Linguistik ini nanti ada pula turunannya. Seperti linguistik makro, linguistik mikro dan ada pula korelasi dengan cabang ilmu lain. Misalnya seperti psikolinguistik (psikologi-linguistik), linguistik forensik, sosiolinguistik, dan lain sebagainya. Untungnya tidak ada cabang kajian linguistik dan ilmu taijutsu. Bisa gawat nanti.

Keterampilan berbahasa pun secara garis besarnya ada empat. Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat poin ini pula akan ada turunannya. 

Jadi jika anda berpikir, ''Wah jurusan bahasa mah enak, tinggal nulis dan nulis!''

Anda salah besar kawan.